Kabar Netizen - Meski partisipasi pemilih pada Pilkada 9 Desember 2015 terbilang belum mengesankan, tapi masih ada kabar baik bagi kaum Muslimah Indonesia. Salah satunya adalah terpilihnya para perempuan yang berjilbab atau berkerudung dalam ajang ‘pesta’ coblosan kali ini.
Kenyataan tersebut tampak jelas bila mencermati sosok 32 pemimpin perempuan yang akan menjadi pengayom rakyat di berbagai daerah hingga tahun 220 itu. Mayoritas mereka mengenakan jilab, hanya beberapa orang saja yang memakai kerudung, meski di banyak foto yang lain mereka juga sering menggunakan jilbab.
Sisanya yakni, empat orang saja, yakni Vonnie Anneka Panambuan (Bupati Minahasa Utara), I Gusti Ayu Mas Sumatri (Bupati Karang Asem), Christianty Eugenia Paruntu (Bupati Minahasa Selatan), dan Ni Putu Eka Wiryastuti (Bupati Tabanan) tak mengenakan jilbab karena mereka non muslim.
Sedangkan 28 calon pemimpin lainnya tampak begitu akrab dengan jilbab dan kerudung. Dari penelusuran aktivitas mereka melalui foto di situs Google.com para pemimpin perempuan juga tak sungkan memasang foto dengan mengenakan jilbab ketika melakukan kampanye.
Melihat kenyataan itu,maka apa yang kerapkali dituturkan mendiang Nurcholish Madjid (Cak Nur) beberapa tahun silam benar adanya. Tak bisa dibantah, kini memang telah terjadi perubahan besar dalam kehidupan keagamaan di Indonesia. Semakin lama Indonesa semakin santri. Dikotomi santri, abangan, dan priyayi sudah usang adanya. Islam dan ke-Indonesian telah menjadi kesatuan yang utuh dan solid.
‘’Kita tidak bisa bayangkan orang PNI/PDI Perjuangan kini ketika hendak berpidato begitu fasih mengucapakan asalamualaikum. Padahal dahulu di tahun 60-an salam ini tidak mereka kenal,’’ kata Cak Nur dalam sebuah diskusi sebelum dia wafat.
Dan sekiranya masih hidup, maka Cak Nur akan makin tersenyum melihat munculnya sejumlah pemimpin perempuan yang semuanya akrab dengan jilbab.
Pemimpin Perempuan Yang Berjilbab Itu
Mereka yang terpilih jadi pemimpin:
Airin Rachmi Diany, Wali Kota Tangerang, mengenakan jilbab.
Ratu Chasanah, Bupati Serang, mengenakan jilbab.
Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, mengenakan jilbab.
Rita Widyasari, Bupati Kutai, mengenakan jilbab.
Anna Sophanah, Bupati Indramayu, mengenakan jilbab.
Badingah, Bupati Gunung Kidul mengenakan jilbab.
Sri Sumartini, Bupati Grobogan, berjilbab.
Cellicia Nurrachdiana, Bupati Karawang, berjilbab.
Neni Moerniaeni, WaliKota Bintang, berjilbab.
Chusnunia Chalim, Bupati Lampung Timur, berjllbab.
Kartika Hidayati, Wakil Bupati Lamongan,berjilbab.
Indah Putri Indriani, Bupati Luwu Utara, berjilbab.
Vonnie Anneke Panambuan, non Muslim, Bupati Minahasa Utara.
Irna Narulita, Bupati Pandeglang, berjilbab.
I Gusti Ayumas Sumatri, non Muslim, Bupati Karangasem.
Indah Dhamayanti Putri, Bupati Bima, berjilbab.
Faida, bupati Jember, berjilbab.
Haryanti Sutrisno, Bupati Kediri. berjilbab.
Erlina, Wakil Bupati Pesisir Utara, berjilbab.
Yuli Hastuti, Wakil BupatiPurworejo, berjilbab.
Sri Hartini, Bupati Klaten, berkerudung/kadang berjilbab.
Sri Mulyani, Wakil Bupati Klaten, berjilbab.
Dyah Hayuning Pertiwi, berkerudung/dalam foto kampanye berjilbab.
Windarti Agustina, Wakil Wali Kota Magelang, dalam foto kampanye berkerudung.
Nurbalistik, Bupati Pekalongan, berjilbab.
Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Bupati Sragen, berjilbab.
Sri Muslimatun, Wakil Bupati Slemen, berjilbab.
Hariah, Wakil Bupati Sambas, berjilbab.
Christiany Eugenia Paruntu, Non Muslim, Bupati Minahasa selatan.
Ni Putu Eka Wiryastuti, Non Muslim, Bupati Tabanan.
Ilmiati Daud, Wakil Bupati Wakatobi, berjilbab.
Asmin Laura Hafid, Bupati Nunukan, berjilbab.
Perubahan yang Tak Terbayangkan Dalam 20 Tahun
Munculnya pemimpin perempuan yang mengenaan jilbab memang sebuah fenomena yang mengejutkan. Bahkan, budayawanan Taufiq Ismail mengaku sama sekali tak menyangka layaknya seperti hadirnya keajaiban.
Taufiq yang pada pertengahan dekade 1980-an bersama Bimbo me-release lagu untuk memprotes larangan pemakaian jilbab di sekolah dan instansi pemerintah --lagu ‘Aisyah Adinda Kita’— merasakan adanya perubahan sosial yang dahsyat. Bukan hanya itu kini terjadi pembalikan situasi yang di luar dugaan semua orang.
‘’Bila dua puluh tahun silam, yakni sekitar 1988, reformasi menghasilkan proses sekularisme yang dahsyat dengan munculnya ‘gerakan syahwat merdeka’, kini entah kenapa ada titik terang yang membuat saya terperangah. Pemimpin perempuan yang terpilih pada pilkada serentak ini yang Muslimah malah hampir semuanya berjilbab. Ini tak terbayangkan,’ ujar Taufiq.
Bagi Taufiq pembalikan situasi ini memang menjadi makin berarti bila mengingat kembali keadaan pada awal 1980-an. Saat itu malah ada pelarangan pemakaian jilbab yang masif dan resmi. Anak-anak sekolah ada yang sampai membawa kasus pelarangan jilbab sampai ke depan pengadilan untuk memprotesnya.
‘’Waktu itu, saya melihat sendiri para keponakan perempuan, ketika sampai ke gerbang sekolah harus melespaskan jilbabnya. Saya saat itu menangis melihatnya. Maka saya protes dan lahirlah syair agu' Aisyah Adinda Kita’ yang dinyanyikan Bimbo itu,’’ katanya.
Dengan demikian lanjut Taufiq, tampaknya generasi yang dahulu dilarang memakai jilbab di sekolah, kini sudah mulai menjadi pemimpin bangsa. Ini membuktikan bahwa perempuan berjilbab bebas beraktivitas apa pun, termasuk mampu terpilih menjad bupati, wali kota, bahkan gubernur, melalui sebuah ajang pilkada.
‘’Di sini membuktikan bawa menjadi Muslimah dan beragama Islam secara kaffah tak menghalang aktivitas perempuan Indonesia. Ini prestasi yang membanggakan,’ kata Taufiq Ismail. sumber : republika.co.id
SEMOGA MAKIN AMANAH ! ==> Wajah Berjilbab Dominasi Pemenangan Perempuan di Pilkada 2015
4/
5
Oleh
Dekorasi Ruangan Kita